Headlineislam.com - Berusaha membuat
semua orang sepaham serta mendukung pendapat kita tentu bukan pekerjaan yang
mudah, atau justru perkara yang mustahil. Sebagaimana pepatah arab mengatakan,
لَيْسَ كُلُّ النَّاسِ
يُحِبُّكَ, وَلَيْسَ كُلُّ النَّاسِ يَبْغَضُكَ
“Tidak
mungkin semua orang akan menyukaimu, sebagaimana tak mungkin pula semua orang
akan membencimu.”
Dalam
semua hal pasti ada orang yang satu suara serta berdiri di belakang kita, namun
juga sebuah keniscayaan ada yang tegap sangar menentang kita.
Pro
Kontra Aksi 4 November
Aksi
bela Islam jilid kedua yang bertepatan dengan 4 November pun tak jauh berbeda.
Ada yang mendukung namun tak sedikit juga yang acuh tak peduli. Sebenarnya
kalau berhenti pada sikap diam tanpa berkomentar negatif tak perlu jadi soal.
Yang sangat disayangkan banyak diantara kaum muslimin justru latah mencela
saudara-saudaranya yang berusaha membela ideologinya. Seolah meskipun sang
pencaci non muslim, namun ia lebih berhak dibela dari pada saudaranya sendiri.
Hal ini sangat kontradiktif jika mengacu kepada prinsip wala wal baro.
Abu
Bakar pun Ditegur
Menyakitkan?
Iya, karena melihat muslim justru bersikap lebih lembut kepada orang-orang
kafir daripada sesama muslim. Mungkin kita perlu mengkaji dan mengingat kembali
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Abu Sufyan pernah
berjalan melewati Salman, Bilal, dan Shuhaib dalam sebuah rombongan. Hal ini
terjadi setelah peristiwa Perjanjian Hudaibiyah. Para sahabat itu berkata
kepada Abu Sufyan, “Pedang-pedang Allah belum sempat menyentuh leher musuh
Allah.” Mereka mengatakan itu sebagai bentuk kemarahan kepada Abu Sufyan
(sebelum masuk Islam) karena telah menyakiti kaum muslimin.
Mendengar
ucapan itu, Abu Bakar berkata, “Apakah kalian mengatakan itu kepada tokoh dan
pemuka Quraisy?” Abu Bakar kemudian mendatangi Rasulullah dan mengabarkan
kejadian tersebut. Maka Nabi bersabda, “Wahai Abu Bakar, mungkin kamu membuat
mereka marah. Jika kamu membuat mereka marah, berarti kamu telah membuat
Tuhanmu marah.” Abu Bakar pun mendatangi mereka lantas berkata, “Wahai
saudara-saudaraku, apakah aku telah membuat kalian marah?” Mereka menjawab,
“Tidak, wahai saudaraku, semoga Allah mengampunimu.”
Kita
Saling Bersaudara
Saudara-saudaraku,
Nabi mengingatkan kita bahwa kedudukan orang kafir yang memusuhi itu pada
dasarnya lebih rendah dan tidak pantas menjadi alasan untuk marah kepada
seorang muslim. Para sahabat mengucapkan kata-kata seperti itu karena kecintaan
kepada Allah, kecemburuan kepada agama-Nya, dan kebencian kepada orang yang
memusuhinya. Allah marah karena kemarahan mereka dan ridha karena keridhaan
mereka.
Perhatikanlah,
Abu Bakar hanya mengingatkan mereka dengan kata-kata yang lembut dan tidak
menyerang, mencela, maupun melecehkan. Ia juga tidak mengatakan, “Kalian telah
memperburuk citra Islam.” Namun demikian, Rasulullah mengingatkan bahwa itu
bisa membuat mereka marah karena membela orang kafir bisa membuat Allah Ta’ala
marah dan murka.
Wala’
Kita Untuk Siapa?
Lantas
bagaimana bila dibandingkan dengan kedudukan mereka yang menghina Al-Qur’an?
Mengapa kalian menyerang saudara seiman, marah kepadanya, dan menimbulkan badai
perdebatan yang menambah perpecahan? Betul, kalian memiliki hak untuk
mendiskusikan masalah ini menurut ilmu syar’i dengan cara yang lembut. Benar
bahwa sebagian kaum muslimin mungkin salah dalam hal cara dan kata-kata ketika
di lapangan. Akan tetapi, bukankah mereka lebih utama untuk mendapatkan
kelembutan dan kelapangan dada daripada orang-orang kafir dan para pembantunya?
Penulis:
Feri Nuryadi dari Yanisari Teams
Socialize