Headlineislam.com – Al-Qur’an adalah kitab yang
mulia dan juga pedoman bagi umat muslim, mengapa, karena dengan al-qur’an hidup
kita akan tenang dan jauh dari permasalahan, kenapa demikian, karena al-qur’an
adalah cahaya ilahi dan penyejuk hati. Hanya dengan membacanya, hati ini berasa
bernyanyi, pada umumnya kayak lagu cinta dan kasih sayang yang bawa perasaan. Rasannya
ingin sekali bernyanyi lama-lama dengan lantunan pada setiap ayat al-qur’an.
Maka dari itu mari kita selami
al-qur’an dengan membaca dan mengahafalnya, insyaallah akan menjadi syafaat
kita kelak. Kita jadikan al-qur’an
sebagai teman hidup kita, istilah populernya bermesra-mesraan kayak suami
istri, meskipun single bagi yang belum.
Berikut delapan prinsip yang harus
diterapkan dari berbagai sumber dan pengalaman, semoga bermanfaat.
1. Menghafal tidak harus hafal
Allah memberi kemampuan menghafal
dan mengingat yang berbeda-beda pada tiap orang. Bahkan imam besar dalam ilmu
qiroat, guru dari Hafs -yang mana bacaan kita merujuk pada riwayatnya- yaitu
Imam Asim menghafal Al-Quran dalam kurun waktu 20 tahun.
Target menghafal kita bukanlah
‘ujung ayat’ tapi bagaimana kita menghabiskan waktu (durasi) yang sudah kita
agendakan hanya untuk menghafal.
2. Bukan untuk diburu-buru, bukan untuk ditunda-tunda
Kalau kita sudah menetapkan
durasi, bahwa dari jam 6 sampe jam 7 adalah waktu khusus untuk menghafal
misalnya, maka berapapun ayat yang dapat kita hafal tidak jadi masalah. Jangan
buru-buru pindah ke ayat ke-2 jika ayat pertama belum benar-benar kita hafal.
Nikmati saja saat-saat ini. Saat dimana kita bercengkrama dengan Allah. satu
jam lho.
Masak untuk urusan duniawi delapan jam
betah, bahkan bergadang demi melihat bola, tanpa ketib alias penghlihatan kita
fokus ke depan terus, hehe. Inget, satu huruf melahirkan sepuluh pahala bukan?
Apalagi kalau lancar, sudah tau pula kan.
So, jangan buru-buru. Tapi ingat,
juga bukan untuk ditunda-tunda. Habiskan saja durasi menghafal secara ‘pass’.
3. Menghafal bukan untuk khatam, tapi untuk setia bersama Qur’an
Kondisi hati yang tepat dalam
menghafal adalah bersyukur bukan bersabar. Tapi kita sering mendengar kalimat
“Menghafal emang kudu sabar”, ya kan?
Sebenarnya gak salah, hanya
kurang pas saja. Kesannya ayat-ayat itu adalah sekarung batu di punggung kita,
yang cepat-cepat kita pindahkan agar segera terbebas dari beban (khatam).
Bukankah di awal surat Thoha
Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan bukan sebagai beban. Untuk apa
khatam jika tidak pernah diulang? Setialah bersama Al-Qur’an.
4. Senang dirindukan ayat
Ayat-ayat yang sudah kita baca
berulang-ulang namun belum juga nyantol di memory, sebenarnya ayat itu lagi
kangen sama kita. Maka katakanlah pada ayat tersebut “I miss you too…” hehe.
Coba dibaca arti dan tafsirnya.
Bisa jadi ayat itu adalah
‘jawaban’ dari ‘pertanyaan’ kita. Jangan buru-buru suntuk dan sumpek ketika gak
hafal-hafal. Senanglah jadi orang yang dirindukan ayat.
5. Menghafal sesuap-sesuap
Nikmatnya suatu makanan itu
terasa ketika kita sedang memakannya, bukan sebelum makan bukan pula
setelahnya. Nikmatnya menghafal adalah ketika membaca berulang-ulang.
Dan besarnya suapan juga harus
pas di volume mulut kita agar makan terasa nikmat. Makan pake sendok teh
gak nikmat karena terlalu sedikit, makan pake centong nasi bikin muntah karena
terlalu banyak.
Menghafal-pun demikian. Jika
“‘amma yatasa alun” terlalu panjang, maka cukuplah “‘amma” diulang-ulang.
Jika terlalu pendek maka
lanjutkanlah sampai “‘anin nabail ‘adzhim” kemudian diulang-ulang.
Sesuaikan dengan kemampuan ‘mengunyah’ masing-masing anda.
6. Fokus pada perbedaan, baikan persamaan
“Fabi ayyi alaa’i rabbikuma
tukadz dziban” jika kita hafal 1 ayat ini,1 saja! Maka sebenarnya kita sudah hafal 31
ayat dari 78 ayat yg ada di surat Ar-Rahman.
Sudah hampir separuh surat kita
hafal. Maka ayat ini dihafal satu kali saja, fokuslah pada ayat sesudahnya dan
sebelumnya yang merangkai ayat tersebut.
7. Mengutamakan durasi
Seperti yang dijelaskan di atas,
komitmenlah pada durasi bukan pada jumlah ayat yang akan dihafal. Ibarat argo
taxi, keadaan macet ataupun di tol dia berjalan dengan tempo yang tetap.
Serahkan satu jam kita pada
Allah.. Syukur-syukur bisa lebih dari satu jam. Satu jam itu gak sampe 5 persen
dari total waktu kita dalam sehari loh! Lima persen untuk Al-Quran, harus bisa
dong ah…
8. Pastikan ayatnya bertajwid
Carilah guru yang bisa mengoreksi
bacaan kita. Bacaan tidak bertajwid yang ‘terlanjur’ kita hafal akan sulit
dirubah/diperbaiki di kemudian hari (setelah kita tahu hukum bacaan yang
sebenarnya).
Jangan dibiasakan otodidak dalam
hal apapun yang berkaitan dengan Al-Qur’an; membaca, mempelajari, mentadabburi,
apalagi mengambil hukum dari Al-Quran.