Afghanistan (Headlineislam.com) – Laporan dari Afghanistan pada Ahad (8/11/2015) mengatakan bahwa pertempuran antara Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA) melawan kelompok “Daulah Islamiyah”, atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, meletus di provinsi Zabul selatan Afghanistan.
Sebanyak 50 pasukan dari kedua belah pihak dilaporkan
gugur dan 30 lainnya terluka dalam bentrokan yang dikabarkan menyebar hingga ke
distrik Khak-i-Afghanistan dan Dai Chopan itu.
Sejumlah media menyebarkan propaganda mereka dengan
menyebut seakan pertempuran itu merupakan pertikaian antara Mujahidin Imarah
Islam dan bukan merupakan pertempuran Imarah Islam, yang mereka sebut sebagai
Taliban, melawan ISIS.
Pada Rabu (11/11), Imarah Islam pun merilis pernyataan
dan klarifikasi singkat mengenai pertempuran yang meletus selama sekitar 24 jam
tersebut. Imarah Islam menyatakan bahwa pertempuran ini merupakan puncak dari
sejumlah gesekan yang terjadi antara pendukung kelompok ISIS yang terus menerus
berbuat ulah tanpa mau menerima nasihat serta upaya rekonsiliasi dari Imarah
Islam dan Ulama setempat.
Berikut terjemahan pernyataan dan klarifikasi lengkap
Imarah Islam Afghanistan, yang dipublikasikan Muqawamah Media pada Kamis
(12/11).
- Bertentangan dengan propaganda dan interpretasi media, bentrokan ini bukanlah pertikaian antara Mujahidin Imarah Islam, juga bukan sebuah operasi Taliban melawan rival lokalnya. Sebaliknya pertempuran terjadi melawan kelompok yang mengaku sebagai pejuang ISIS yang menuduh Imarah Islam sebagai pendurhaka, antek (Thaghut) dan label mengerikan lainnya pada Imarah Islam, bahkan menyebut Mujahidin Imarah Islam telah murtad. Kelompok ini juga yang sebelumnya memberontak terhadap Imarah Islam di Nangarhar dan menyebabkan kerugian berat pada Mujahidin dan warga sipil, antara lain: Kelompok bersenjata ini yang secara terbuka meneriakkan slogan-slogan ISIS selama beberapa bulan terakhir, dan di bawah slogan tersebut mereka memerintah penduduk setempat dengan kejam. Mereka juga melakukan penculikan terhadap orang tak bersalah demi uang dan keperluan lain, merampas rumah dan properti penduduk lokal, melakukan pembunuhan yang melanggar hukum, menculik wanita dan anak-anak Muslim serta memperlakukan para Muslimah sebagai selir budak perempuan dan juga melakukan banyak pelanggaran lainnya yang secara nyata melanggar Syariah. Bahkan lebih jauh lagi, kegiatan mereka mulai mendorong penduduk setempat menuju konflik antar etnis yang berbahaya serta perang sektarian. Mereka melakukan tindakan ini sambil menolak semua larangan dan nasihat yang disampaikan oleh Imarah Islam, ulama dan sesepuh setempat. Mereka hanya merespon delegasi rekonsiliasi yang dikirim oleh Imarah Islam dengan mengatakan bahwa, “Kalian adalah Bughat (pendurhaka) karena tidak berjanji setia (berbaiat) kepada Daulah (ISIS) dan kami tidak akan mendengarkan saran kalian.” Situasi yang mulai genting akhirnya mendorong ke arah konflik bersenjata.
- Imarah Islam bekerjasama dengan Ulama lokal dan tetua menghabiskan banyak energi untuk jangka waktu yang berlarut-larut untuk mencoba menyelesaikan masalah dengan damai dan selama dua setengah bulan terakhir mengirim delegasi kompeten yang terdiri dari Ulama terkemuka, komandan Jihad dan beberapa pejabat tinggi Imarah Islam yang bertugas menangani situasi. Selain itu para ulama yang dihormati, tetua dan orang-orang berpengaruh di Zabul mencoba tanpa lelah untuk mencegah kelompok ini dari melanggar hukum dan menasihati mereka agar mengikuti aturan Imarah Islam, atau dengan kata lain hukum Islam secara keseluruhan, namun orang-orang yang mengaku beroperasi di bawah perintah Daulah (ISIS) ini dengan angkuh menolak semua upaya rekonsiliasi.
- Pertempuran itu bukan melawan unsur-unsur yang mengaku menjadi faksi saingan Imarah Islam. Tidak ada yang hadir di daerah-daerah tersebut mengklaim berpisah dari Imarah Islam selain Mansur Dadullah. Jadi hanya Mansur Dadullah yang bersekutu dengan kelompok Daulah (ISIS) untuk memperkuat kekuatan di basisnya. Setelah gagal memahamkan kelompok Daulah tersebut, Imarah Islam meluncurkan upaya lain untuk mencoba agar Mansur Dadullah memutuskan hubungan dengan Daulah tapi setelah negosiasi berulang kali dan perjanjian dilanggar, dia tetap bersama Daulah dan mulai melancarkan permusuhan terbuka kepada Imarah Islam. Meskipun fakta bahwa Imarah Islam telah menyediakan semua jenis bantuan untuk keluarganya selama beberapa tahun terakhir dan secara pribadi memberinya bantuan keuangan pada banyak kesempatan serta menawarkan dengan berbagai posisi kepemimpinan yang ia tolak.
- Tujuan dan filosofi di balik kebangkitan dan pembentukan Imarah Islam adalah untuk melindungi bangsa ini dari penindasan, pelanggaran, faksionalisme (ashobiyyah), kerusakan dan hasutan. Berdasarkan perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memerangi kejahatan para pembunuh, pencuri, penculik dan orang-orang zalim. Mantan Amir kami, Amirul Mukminin Mullah Muhammad Umar Mujahid (semoga Allah merahmatinya), meletakkan dasar-dasar Imarah Islam sekitar dua puluh tahun yang lalu untuk tujuan ini; untuk menahan tangan penindas dari yang tertindas, untuk memerangi kerusakan, penghasutan, perang saudara, anarki dan semua jenis kekacauan dan kegiatan anti-Islam serta memberikan bangsa yang beriman ini dengan kehidupan yang aman tenteram. Imarah Islam, sebagai sistem pemerintahan yang berbasis syariah, berkomitmen untuk melaksanakan kewajiban agama ini dan akan menentang setiap entitas tanpa terkecuali yang berusaha untuk melanggar hak-hak kemanusiaan dan peraturan Syariah Islam. Imarah Islam, belajar dari sejarah Islam serta pengalaman saat ini dan masa lalu dari tanah air kita, percaya bahwa jika hasutan tersebut tidak diperangi dalam waktu yang tepat, maka situasinya akan meruncing kepada periode kekacauan faksionalisme pada tahun 90-an, naudzubillah. Maka semua buah dari Jihad, hijrah dan pengorbanan untuk pemerintahan yang berhukum Islam akan hilang. Imarah Islam, dengan hukum Syariah yang jelas dan sesuai dengan dekrit dari para ulama, menganggap kewajiban agama untuk menghilangkan semua hasutan sebelum ia mengakar.
- Imarah Islam, sebagai upaya terakhir, dengan berhati-hati merancang operasi militer dalam rangka untuk memangkas pucuk fitnah ini sesuai dengan yang didokumentasikan, dibuktikan dan dekrit kuat yang dikeluarkan oleh ulama terkenal dari Imarah. Imarah Islam mengirim Mujahidin yang paling tangguh dan berpengalaman untuk melakukan operasi ini sehingga dijalankan dengan baik dengan kerugian yang minim. Operasi ini hanya dilakukan oleh Mujahidin Imarah Islam dan laporan tentang partisipasi oleh kelompok lain benar-benar tidak berdasar.
- Propaganda oleh media internasional mengenai insiden Zabul, panjangnya waktu pertempuran dan jumlah korban dalam operasi ini jauh lebih rendah dibandingkan yang dipublikasikan. Korban di kedua belah pihak selama pertempuran lebih sedikit dari yang diharapkan sebelum operasi. Sebagian besar kelompok bersenjata Daulah menyerah setelah pertempuran singkat dan saat ini mereka tinggal dengan keluarga mereka di daerah aman di bawah pengawasan Mujahidin. Situasi di daerah tersebut telah kembali normal, Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mudah membuat konflik itu berakhir dan menutup pintu penghasutan. Saat ini tidak ada pertempuran di daerah tersebut juga tidak ada kelompok bersenjata Daulah yang tersisa.
- Pengusaha dan warga sipil tak berdosa lainnya yang diculik dari Ghazni, Nangarhar dan provinsi lain dan dipenjara oleh Daulah, semuanya telah dibebaskan oleh Mujahidin Imarah Islam. Aparat intelijen Kabul membuat klaim palsu bahwa mereka yang telah membebaskan para tahanan, sesuatu yang mereka gagal untuk lakukan selama bertahun-tahun.
- Propaganda oleh beberapa media bahwa serangan bunuh diri Daulah telah menargetkan gubernur Imarah Islam untuk wilayah Zabul, kepala batalion militer dan Mujahidin lainnya dan telah menimpakan kerugian kepada mereka juga tidak benar. Tidak ada insiden seperti itu yang terjadi juga tidak ada pejabat Imarah Islam yang dirugikan dalam pertempuran itu.
- Beberapa kalangan yang dengki menyebarkan rumor bahwa pertempuran masih berlangsung di daerah tersebut. Padahal pertempuran telah berakhir dalam periode 24 jam pertama, seluruh wilayah berada di bawah kendali Imarah Islam dan korban juga jauh lebih sedikit daripada yang dipublikasikan oleh media karena itu diharapkan bahwa Muslim yang sejati seharusnya tidak menjadi korban propaganda musuh.
- Semua pejabat, ulama terkemuka, penulis dan analis dari Imarah Islam harus mengerahkan upaya untuk mengklarifikasi masalah ini kepada umat Islam, mengubah pola pikir mereka dan menjaga kaum Muslim agar bersatu dan sadar tentang konspirasi terbaru musuh pada saat genting ini.
Wassalam
Imarah Islam Afghanistan
27/01/1437 Hijriah,
bertepatan dengan 11/11/2015 Masehi
[ar/arrahmah/headlineislam.com]
No comments:
Post a Comment