Demi Allah! Bupati Kabupaten Itu Musyrik Kafir - Headlineislam.com - Media Islam Indonesia

Breaking

Headlineislam.com - Media Islam Indonesia

Portal Media Islam Indonesia

Saturday, 28 November 2015

Demi Allah! Bupati Kabupaten Itu Musyrik Kafir


Oleh: Maaher At-Thuwailibi

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu agar tidak menyekutukan-Mu, tidak berbuat syirik kepada-Mu padahal aku mengetahuinya. Dan ampunilah aku yaa Allah terhadap apa yang tidak aku ketahui. Aamiin...”

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Beberapa tahun silam, saya bersama seorang Ustadz dari Ma'had Aly Ar-Rayah Sukabumi, sebut saja Ustadz Al-Haafizh, diundang untuk bermukim di satu kabupaten di Jawa Barat selama 1 bulan penuh tepat di bulan suci Ramadhan. Kami disambut baik dan dijamu dengan penuh kehormatan oleh keluarga besar Bin Sunkar sebagai tuan rumah (semoga Allah menjaga mereka semua dan memanjangkan umur mereka dalam ketaatan kepada Allah). Kami di beri kesempatan ceramah dan mengimami shalat tarawih di sejumlah masjid serta bersilaturahmi ke beberapa tokoh masyarakat Hadhromi di daerah itu.

Setiap kami berjalan mengelilingi kota itu, hampir di setiap sudut kota dan persimpangan jalan, kami melihat dan memandang dengan dua mata kepala kami sendiri adanya aneka berhala yang menghiasi kota itu. Jelas ini merupakan pelanggaran besar dalam syariat Islam yang suci ini. Allah ta'ala mengutus para nabi dan rasul di antara tujuannya adalah untuk “Menghancurkan dan membinasakan patung-patung dan berhala-berhala,” tetapi seorang bupati yang mayoritas masyarakatnya adalah ummat Islam justru membangun berhala-berhala itu dan memajangnya di hampir setiap sudut jalan.

Konon, sejak sang bupati memimpin daerah itu, ia terus berusaha menghidupkan kembali ajaran yang di klaim sebagai ajaran Sunda Wiwitan, sehingga ia menghiasi kota itu dengan aneka patung pewayangan seperti patung Bima dan Gatotkaca, bahkan ditambah dengan aneka berhala Hindu Bali. Wal-'Iyaadzu Billah.

Lebih konyol lagi, sang bupati pun mengaku telah melamar Nyi Roro Kidul dan mengawininya. Selanjutnya, ia membuat Kereta Kencana yang konon katanya untuk dikendarai sang istri (Nyi Loro Kidul). Kereta Kencana tersebut dipajang di Pendopo Kabupaten itu, dan diberi kemenyan serta sesajen setiap hari, lalu dibawa keliling sekitar kabupaten setahun sekali saat acara Festival Budaya, dengan dalih untuk membawa keliling Nyi Loro Kidul buat keberkahan dan keselamatan rakyat kabupaten itu. Wallahi, ini syirik akbar!!!

Bahkan disebut-sebut bahwa sang bupati juga menganjurkan agar siapa yang mau selamat lewat di jalan Tol Cipularang agar menyebut nama Prabu Siliwangi.  Ini jelas syirik akbar!!! “Khoorij 'anil millah,” mengeluarkan pelakunya dari Islam secara mutlaq tanpa udzur! alias kaafirr! Meminta keselamatan kepada orang mati (Prabu Siliwangi) adalah syirik akbar secara mutlaq.

Meminta diberi keselamatan dan ditolak kemudhorotan kepada selain Allah saja itu kafir tanpa ada udzur, apalagi menganjurkan orang lain untuk meminta keselamatan kepada selain Allah.

Tidak ada udzur jahil bagi para pelaku kesyirikan yang syiriknya zhoohir dan jelas. Sebab hal ini merupakan Akidah yang di sepakati “Ahlus Sunnah Wal Jamaah” bahwa urusan USHUL AD-DIIN (POKOK-POKOK AGAMA) tidak beri udzur SAMA SEKALI kecuali dia tidak hidup di tengah-tengah kaum muslimin, tidak ada para da'i dan ulama, tidak tahu Al-Qur'an, tidak mendengar dan membaca Al-Qur'an, dan seterusnya.

Maka dia kafir “Bilaa syakkin!” Dia kafir tanpa ada keraguan.

Loh, tetapi kan belum sampai hujjah kepadanya....!!??

Siapa bilang belum sampai hujjah? Allah ta'ala telah menurunkan Al-Qur'an kepadanya sebagai Hujjah. Apa kata Allah? Allah berfirman:

وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ ۚإِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ (سورة المؤمنون: 117)

“Dan barangsiapa yang menyeru tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu petunjuk pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak beruntung .” (QS. Al-Mukminun [23] : 117 )

Bagaimana mungkin meminta keselamatan kepada orang yang sudah mati dan meyakini bahwa dengan memangil nama orang mati itu dapat menolak marabahaya dikatakan bertauhid??? Meminta keselamatan kepada selain Allah yang hanya berhak ditujukan kepada Allah adalah “Kemungkaran yang paling mungkar dan kedzoliman yang paling dzolim.” Sebab, ia memberikan sesuatu yang menjadi hak mutlaq Allah kepada selain Allah.

Allah berfirman:

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖفَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ. (سورة يونس: 106)

Dan janganlah kamu menyeru apa-apa yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak dapat memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat hal itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang ZHOLIM ". (QS. Yunus [10] : 106)

Kata Allah:

إن الشرك لظلم عظيم.

Sesungguhnya syirik itu betul-betul kezoliman yang paling besar.” (QS. Luqman [31] : 13)

Mungkin Anda bertanya; “Mengapa bupati musyrik ini di kafirkan padahal KTP nya muslim dan ia bersyahadat, bahkan kemungkinan juga ia masih sholat?”

Jawabannya: “Dalam Islam tidak ada kaedah KTP. Ketika kita menghukumi seseorang Muslim dan beriman dari zhohirnya, maka kita pun mesti menghukumi seseorang itu kafir dan musyrik dari zhahirnya. Dia iman karena syahadat, dia kafir karena melakukan hal-hal yang membatalkan syahadat, baik ucapan, perbuatan, maupun keyakinan.

Bupati musyrik ini di kafirkan meskipun KTP-nya muslim dan ia mengaku Muslim. Kalau ia tidak kafir hanya karena alasan KTP-nya muslim, ia sholat dan puasa, maka bagaimana dengan aliran kafir Ahmadiyyah, Baha'iyyah, Syi'ah Imamiyyah Di Indonesia, dan lain-lain yang juga KTP mereka muslim dan mereka bersyahadat, bahkan mereka juga shalat dan puasa?

Karena Ahmadiyyah meyakini adanya Nabi setelah Nabi Muhamammad, maka mereka kafir. Karena Syi'ah Imamiyyah meyakini bahwa para imam mereka lebih mulia dan lebih tinggi derajatnya daripada para Nabi dan Rasul bahkan para malaikat, maka mereka kafir.

Demikian juga pemuja berhala dan jin yang meyakini bahwa orang mati dapat menolak marabahaya dan menyuruh orang lain untuk meminta kepada orang mati, serta mengharap berkah dari nyi roro kidul (semisal bupati ini), maka ia lebih kafir di antara orang-orang kafir. Karena ia menyekutukan Allah Jalla  Wa 'Ala.

Bukan hanya itu kekonyololan bupati ini yang telah membawanya ke derajat musyrik paling tinggi, tetapi ada yang lain, di antaranya:

1. Beberapa tahun lalu, sang bupati pernah menyatakan bahwa suara seruling bambu lebih merdu daripada membaca Al-Qur'an.

2. Pohon-pohon di sepanjang jalan kota yang di pimpinnya diberi kain “Poleng,” yaitu kain kotak-kotak hitam putih, bukan untuk “keindahan,” tapi untuk “keberkahan” sebagaimana adat Hindu Bali. dan dirinya sendiri tampak sering memakai ikat kepala dengan kembang seperti para pemuka agama Hindu Bali.

Demikian kekoyolan-kenyolan seorang bupati di salah satu daerah di Jawa Barat, yang cukup menjadikannya musyrik kafir. dan wajib bagi setiap muslim untuk meyakini kekafirannya tanpa ragu. Barangsiapa yang tidak mengkafirkannya, yakni meyakini bahwa dia kafir, (atau ragu atas kekafirannya), maka dia juga kafir.

Bagi ummat Islam setempat, para da'i dan ulama, silahkan Anda diamkan segala kemungkaran bupati Anda. Silahkan Anda biarkan berhala-berhala yang menjadi sarang iblis dan setan itu bersemayam di setiap sudut-sudut jalan di kota Anda. Sudahlah tidak mendatangkan rahmat Allah, tidak pula dimasuki malaikat rahmat, hanya tinggal menunggu azab-Nya saja. Na'udzu billah.

Editor : Ibnu M │ Headlineislam.com

No comments:

Post a Comment